Penggunaan Media Sosial Sebagai Alat Diplomasi Digital

- Jumat, 31 Desember 2021 | 15:07 WIB
Polresta Bandung mengendus adanya praktik prostistusi di Kabupaten Bandung, dengan marak bermodus media sosial. (piqsels.com)
Polresta Bandung mengendus adanya praktik prostistusi di Kabupaten Bandung, dengan marak bermodus media sosial. (piqsels.com)

Linanda Putri

(Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Riau)

HALUANRIAU.CO, OPINI - Media sosial telah menjadi suatu platform penting dalam komunikasi manusia. Media sosial memungkin seseorang untuk mencari dan menyebarluaskan informasi dengan cepat. Dalam hitungan menit saja seseorang sudah bisa mendapatkan informasi terkini mengenai situasi di seluruh penjuru dunia. Bahkan dari jarak yang jauh sekalipun. Media sosial juga mampu menjadi tempat bagi orang-orang untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan jutaan bahkan miliyaran orang di seluruh penjuru dunia.

Sejak kemunculannya, platform digital ini telah digemari oleh banyak orang. Jumlah penggunanya pun tiap tahunnya mengalami peningkatan yang tinggi. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh perusahan penasehat digital Kepios, pada Oktober 2021 terdapat sebanyak 4.55 miliar penggunan media sosial. Angka yang sangat tinggi mengingat populasi dunia menurut PBB pada Desember 2021 mencapai 7.9 milliar. Hal ini menunjukan bahwa lebih dari setengah populasi dunia menggunakan media sosial dalam kehidupannya sehari-hari.

Media sosial memiliki potensi yang besar dalam menjangkau masyarakat internasional yang lebih luas. Potensi ini membuka jalan untuk melakukan aktivitas diplomasi di media sosial. Aktivitas diplomasi yang dilaksanakan di media digital ini disebut dengan diplomasi digital. Pada diplomasi digital, muncul aktor-aktor baru yang aktif dalam melakukan strategi diplomasi ini. Contohnya adalah para pemimpin negara.

Baca Juga: Peran Media Massa Dalam Memperkenalkan Budaya dan Meningkatkan Kerjasama Antar Negara

Dengan media sosial, para pemimpin negara dapat berkomunikasi, berinteraksi, menyebarkan informasi mengenai suatu kebijakan, memberikan opini mengenai suatu masalah, dan juga dapat membangun image positif atau negatif di mata masyarakat. Melalui interaksi pada media sosial, masyarakat dapat lebih mengenal kehidupan seorang pemimpin negara. Kegiatan ini akan memunculkan rasa kedekatan dan meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap pemimpin negara tersebut.

Namun, diplomasi digital melalui media sosial tidak selamanya bagus. Jika tidak berhati-hati, seorang pemimpin negara bisa mendapatkan citra negative dari masyarakat. Tidak hanya itu, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemimpin negara tersebut pasti akan menerima kritik dari masyarakat. Tidak hanya masyarakat dalam negara asal pemimpin itu saja, tetapi juga masyarakat internasional.

Salah satu pemimpin negara yang aktif pada media sosial ialah Donald Trump. Mantan Presiden sekaligus pebisnis asal Amerika ini sering melontarkan cuitan-cuitannya di salah satu media sosial yaitu Twitter.

Cuitan-cuitan tersebut menarik perhatian masyarakat internasional dan bahkan menjadi topik yang sempat trending di Twitter.

Ketika Donald Trump masih menjabat sebagai President Amerika, Trump menggunakan Twitter untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan yang akan diambilnya. Seperti ketika ia berencana untuk  membangun tembok di perbatasan Amerika. Trump juga mengemukakan opininya melalui cuitan-cuitan di Twitter. Beberapa dari cuitan tersebut mengundang kontroversi di dunia internasional. Contoh dari cuitan kontroversional Trump ialah ketika tahun 2019 ia membuat sebuah cuitan mengenai empat anggota kongres wanita Amerika. Trump mengatakan bahwa empat anggota kongres wanita tersebut seharusnya kembali ke negara asal mereka. Cuitan itu tidak hanya dianggap rasis tetapi juga mengandung nilai-nilai anti-imigran. Akibat dari cuitan ini, Trump mendapatkan kritik yang besar dari masyarakat internasional.

Contoh lain dari pemimpin negara yang juga aktif di media sosial ialah Presiden Joko Widodo yang merupakan Presiden dari Indonesia. Melalui akun media sosialnya, Presiden Jokowi sering kali membagikan kegiatan-kegiatannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi antara Presiden dan masyarakat luas. Pembagian kegiatan ini juga dapat membangun citra positif tidak hanya pada diri Presiden saja, tetapi juga sebagai branding nasional di mata masyarakat internasional.

Baca Juga: Serial Korea “Squid Game” Sebagai Sarana Komunikasi Antarbudaya

Editor: Bilhaqi Amjada A'araf

Terkini

5 Rekomendasi Jam Tangan Outdoor Terbaik

Selasa, 16 Mei 2023 | 11:22 WIB

Problema Pendidikan di Indonesia

Selasa, 9 Mei 2023 | 08:29 WIB

Gelora Menimba Ilmu

Senin, 8 Mei 2023 | 23:17 WIB

Perempuan, Pernikahan, dan Umur

Rabu, 29 Juni 2022 | 15:37 WIB

Hidup Sehat, Mental Sehat?

Selasa, 28 Juni 2022 | 14:19 WIB
X