Kerusuhan terjadi saat berlangsung pertandingan antaran PSPS Riau kala menjamu PSMS Medan di Stadion Kaharuddin Nasution, Pekanbaru, Sabtu (22/6).

Pertandingan kandang perdana PSPS Riau itu harus dihentikan pada menit ke-75. Sukma selaku wasit yang memimpin pertandingan itu terpaksa menghentikan jalannya pertandingan setelah melihat aksi pelemparan petasan ke lapangan, tepatnya di gawang penjaga PSMS Medan.

Kerusuhan semakin menjadi saat supporter membakar kertas di tribun utara sampai masuk ke lapangan. Api yang membesar coba dipadamkan oleh mobil pemadam kebakaran yang disiagakan. Namun usaha pemadaman dihalang-halangi oleh supporter yang melempari mobil pemadam.

Dari informasi yang dihimpun, aksi yang dilakukan Curva Nord itu bentuk kekecewaan mereka terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau yang terkesan tidak memperdulikan klub yang berjuluk Asykar Bertuah itu. Menurut mereka, Pemprov Riau tak mau mendatangi sponsor dari perusahaan yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning untuk membantu PSPS Riau mengarungi pertandingan di Liga 2 itu.

Dikabarkan, pada Senin (24/6) ini, pendukung fanatik PSPS Riau akan menggelar aksi di Kantor Gubernur Riau. Tak tanggung-tanggung, sekitar 1.000 orang akan dikerahkan dalam aksi tersebut.

PSPS Riau gagal meraih poin pertama pada laga perdana Liga II Nasional. Anak-anak asuhan Bona Simanjutak ini harus mengakui ketangguhan tim tamu PSMS Medan dengan skor 2-3. Kekalahan PSPS Riau ini tak terlepas dari minimnya jadwal latihan Aslat Bertuah dalam menghadapi Liga II Nasional. Di mana tim kesayangan masyarakat Riau memulai latihan pada awal bulan Ramadan Mei lalu, di bawah kepelatihan Bona dan Asisten Pelatih, Raja Paisal.

Selain permasalahan tidak maksimalnya latihan PSPS Riau, masalah finansial juga masih menjadi kendala bagi para pemain. Menjelang kick off pada Sabtu lalu, pemain baru dikontrak sehari menjelang pertandingan melawan PSMS Medan.

Kapten Tim PSPS Riau, Daniel Junaidi, mengakui mereka sudah bermain maksimal dan sudah berjuang mati-matian, walaupun belum ada dibayar sepersen pun menjelang pertandingan mereka terap bermain maksimal. Namun dengan kondisi pemain yang persiapannya sangat minim, membuat fisik pemain juga tidak maksimal.

Pemain legen PSPS ini berharap, manajemen PSPS Riau, bisa memberikan motivasi kepada seluruh pemain agar bisa main maksimal. Paling tidak bisa memberikan masukan berupa kontrak pemain yang belum sama sekali diterima mereka. Menghadapi Persiraja Banda Aceh, besok, Selasa (25/6).

Atas hal di atas, pertama, kita menyesali kerusuhan yang terjadi pada laga Sabtu (22/6) lalu. Peristiwa ini tentu menjadi catatan buruk bagi persepakbolaan di Bumi Lancang Kuning.

Kedua, kita berharap persoalan yang menimpa PSPS Riau segera dicarikan jalan keluarnya. Terutama persoalan finansial. Karena itu, kiranya hal ini menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Provinsi Riau untuk mencari jalan keluarnya. Meski secara aturan Pemprov tidak diperbolehkan memberi bantuan lagi, namun, harus ada keinginan besar Pemprov mencarikan solusi dengan menghadirkan sponsor.

Ratusan perusahaan besar yang beroperasi di Riau harusnya menjadi jaminan PSPS Riau bisa berkompetisi tanpa dengan persoalan finansial. Bukan justru sebaliknya. Tak semestinya PSPS Riau berada dalam kondisi seperti ini. Karena itu, Pemprov harusnya bisa memfasilitasi rembuk bersama para perusahaan untuk mencarikan solusi keuangan PSPS. Untuk itu, kita menunggu sentuhan tangan dingin Gubri Syamsuar menyelesaikan persoalan ini.***