Sebagai jalan tengah, Mamit usul harga Pertalite mungkin bisa naik Rp 1.500 atau menjadi Rp 9.150 per liter. Nominal itu menurutnya masih sesuai, baik dari sisi masyarakat maupun Pertamina.
"Saya kira, jalan yang paling agak win-win solusi tanpa memberatkan keuangan negara adalah memberikan keleluasaan kepada Pertamina untuk menyesuaikan harga BBM, umum tapi disesuaikan dengan kemampuan masyarakat juga," tuturnya.
"Tapi jika memang ingin menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, kenaikan Rp 1.500 (per liter) saya kira sudah cukup membantu Pertamina, dimana sudah mengurangi selisih hampir 50 persen dari saat ini," imbuh Mamit.
Kendati begitu, Mamit mengatakan, jika harga kompensasi Pertalite mau diubah, pemerintah harus mengubah terlebih dahulu sejumlah peraturan, seperti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 69/2021, dan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62/2020.
"Tanpa ada perubahan, maka terkait dengan kompensasi saya kira sulit dilakukan. Mengingat saat ini untuk Pertalite maupun Pertamax tidak masuk kedalam penugasan maupun subsidi," pungkas Mamit.
Artikel Terkait
Beri Peluang Pengusaha Lokal di Blok Rokan, Pertamina Cetak Ribuan Lapangan Kerja
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Pelanggan di Riau Sudah Gunakan Produk Ungguan Pertamina
Komut Pertamina Ahok Ikut Bantu Riau Tambah Kuota Vaksin, Setelah DilobiĀ Andi Rachman
Kunjungi WK Rokan, Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama Apresiasi Implementasi Digitalisasi
Pertamina Hulu Rokan Akan Bor 161 Sumur Baru, Ini Strateginya
Subholding Gas Pertamina Uji Pasar, Program PGN Sayang Ibu Gaskita di Wilayah Jakarta Tangerang
Fakta Unik Truk Tangki Pertamina yang Jarang Diketahui Khalayak Ramai, Simak Rinciannya
Pertamina Akui Ada Penimbun BBM hingga Sebabkan Kelangkaan
Sub Holding Gas Pertamina Laksanakan Sosialisasi ROW di Desa Harapan Baru
Warga Harap Manajemen Pertamina Hulu Rokan-Rumbai, Tindak Tegas Security Pungli di Pos Gate Lima