Gunakan Metafora Dramatis dalam Perubahan Iklim, Pemimpin Dunia Sebut Manusia Gali Kuburan Sendiri

- Selasa, 2 November 2021 | 19:32 WIB
Ilustrasi perubahan iklim (Pixabay/marcinjozwiak)
Ilustrasi perubahan iklim (Pixabay/marcinjozwiak)

HALUANRIAU.CO, DUNIA - Para pemimpin dunia menunjukkan taring dan menggunakan retorika akhir dunia sebagai upaya membawa urgensi baru untuk menggagalkan negosiasi iklim internasional.

Mereka dikabarkan menggunakan metafora yang dramatis dan bercampur aduk pada awal pembicaraan perihal perubahan iklim, dikenal sebagai COP26.

Lihat saja Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin (1/11/2021), menggambarkan iklim global sebagai 'lambang kiamat', yang terikat pada kemanusiaan.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, António Guterres mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa manusia saat ini tengah menggali kuburannya sendiri.

Sementara Perdana Menteri Barbados Mia Mottley memperingatkan para pemimpin untuk tidak membiarkan jalan keserakahan dan keegoisan menabur benih kehancuran bersama.

Baca Juga: Novavax, Vaksin yang Akan Digunakan Indonesia Pertama Kali di Dunia

Di tengah pidato, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan negaranya yang bergantung pada batu bara, akan berhenti menambahkan gas rumah kaca ke atmosfer pada 2070.

Dilansir dari Japan Today, rencananya itu sekitar dua dekade setelah Amerika Serikat dan setidaknya 10 tahun lebih lambat dari China.

Dia menyatakan tujuan mencapai 'nol bersih' pada 2070 adalah salah satu dari lima langkah yang direncanakan India untuk memenuhi komitmennya di bawah kesepakatan iklim Paris.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden dan Kanselir Jerman Angela Merkel menghindari retorika yang tinggi dan memilih mempelajari kebijakan.

"Tidak ada lagi waktu untuk duduk kembali," kata Joe Biden, dia meminta maaf atas keputusan pendahulunya yang menarik AS keluar dari perjanjian Paris 2015 untuk sementara.

Baca Juga: Polri Tepati Janji 'Potong Kepala' 173 Perwira, Komisi III DPR RI: Kapolri Ini Tegas, Bukan Kaleng-Kaleng

Keputusan pendahulunya itu dinilainya membuat AS tertinggal dalam upaya mencegah pemanasan global.

Dalam pesan sambutan yang direkam, Ratu Elizabeth II mengatakan dia berharap konferensi itu akan menjadi kesempatan langka di mana setiap orang akan memiliki potensi untuk bangkit di atas politik saat ini.

“Sejarah telah menunjukkan bahwa ketika negara-negara bersatu untuk tujuan yang sama, selalu ada ruang untuk harapan,” katanya.

Halaman:

Editor: Bagus Pribadi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mulai 1 Maret, Hong Kong Bebas Masker

Selasa, 28 Februari 2023 | 11:25 WIB

Presiden China Xi Jinping Ketar-ketir Jelang Imlek

Jumat, 20 Januari 2023 | 14:09 WIB
X