HALUANRIAU.CO, AMERIKA SERIKAT - Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Kevin McCarthy berencana untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen di negeri Paman Sam dalam beberapa minggu kedepan.
Dilansir dari CNA, menurut sumber pada, Senin (6/3/2023) dimana hal tersebut dapat menjadi sebuah langkah sensitif diantara keduanya dimana diketahui Taiwan menjadi objek yang ingin dikembalikan China daratan menjadi sebuah provinsi.
Tsai disebut telah diundang untuk berbicara di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan selama transit melalui California dalam rencana kunjungan ke Amerika Tengah dan McCarthy kemungkinan besar akan bertemu dengannya di Amerika Serikat.
Sumber tersebut juga mengungkapkan, jika pertemuan AS dan Taiwan dilanjutkan, bukan tidak mungkin pada bulan April mendatang, McCarthy bakal menggunjungi Taiwan di masa depan.
Dilansir dari CNBC, sebelumnya pada Senin lalu, McCarthy menolak untuk menjawab terkait apakah ia akan mengunjungi Taiwan atau tidak.
Sedangkan empat sumber lainnya termasuk dari penjabat AS mengatakan bahwa kedua belah pihak sangat tidak nyaman bahwa kunjungan McCarthy di masa depan akan sangat meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan.
Disisi lain, China memandang keterlibatan antara pejabat AS dan Taiwan sebagai pelanggaran terhadap kedaulatannya. Sebelumnya Pelosi, seorang politisi Demokrat mengunjungi Taiwan dan bertemu Tsai tahun lalu, menentang peringatan dari China, yang melancarkan latihan militer di sekitar pulau itu sebagai tanggapan, menimbulkan kekhawatiran bahwa Beijing dapat melaksanakan ancamannya untuk merebut Taiwan dengan paksa jika perlu.
Sejak saat itu, Taiwan menyambut gelombang kunjungan anggota parlemen AS dan spekulasi beredar apakah McCarthy akan berkunjung ke sana tahun ini.
McCarthy tahun lalu menyatakan minat untuk mengunjungi Taiwan jika dia menjadi pembicara, peran yang dia ambil pada bulan Januari setelah Partai Republik menguasai DPR dalam pemilihan paruh waktu bulan November 2022 lalu.
Seperti kebanyakan negara, AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetapi terikat oleh undang-undang AS untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.
Artikel Terkait
Mantan Politisi Mualaf Belanda Sebut Umat Islam Jadi Sasaran Standar Ganda
Gempa 7.8 SR Guncang Turkiye Selatan, 8 Orang Meninggal Dunia
Jerman, Denmark dan Belanda Sediakan 100 Tank Leopard 1 untuk Ukraina
Usai Dikritik, Putri PM Malaysia Mundur dari Jabatan Penasehat Senior Ekonomi
Mulai 1 Maret, Hong Kong Bebas Masker
Pegawai Negeri Minta Kenaikan Gaji, PM Malaysia: Bersabarlah
Christopher Wray: FBI Sudah Cukup Lama Menilai Asal-usul Pandemi
Tanggapi Klaim FBI, Beijing Sebut AS Merusak Kredibilitas Mereka Sendiri
Pengembangan Bandara Changi Bangun Terminal 5 di 2025, Pemerintah Suntik Dana 2 Miliar Dolar Singapura
Banjir Landa Johor, 3 Meninggal Dunia dan 35.000 Orang Lebih Mengungsi