9HALUANRIAU.CO, RUPAT - Meski baru pertama kali menginjakkan kaki di pulau Rupat kabupaten Bengkalis ini, namun banyak hal yang sangat berkesan untuk selalu diingat. Daerah yang merupakan sebuah pulau, dengan luas lebih kurang 1.500 km2 dan dihuni sekitar 55.000 jiwa penduduk, sekilas terlihat tandus dan gersang.
Ditahun 2011, Pulau Rupat sudah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), namun hingga saat ini kawasan ini masih belum menjadi pilihan bagi wisatawan untuk berkunjung. Jika melihat sekilas, memang pulau ini masih terlihat tandus dan gersang. Karena masih belum banyak pembangunan dan pengembangan yang dilakukan didaerah ini.
Kehidupan masyarakat terlihat sangat sederhana, dengan penghasilan penduduk yang hanya sebagai nelayan dan mendodos karet. Bahkan jika dilihat satu persatu rumah masyarakat yang didirikan masih sangat tradisional dan jauh dari desain perumahan yang ada di kota seperti kota Pekanbaru, atau kota yang kini dikenal sebagai kotanya metropolitan Riau.
Seperti disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhammad Nur saat mengikuti perjalanan bersama insan media yang dikemas dalam Capacity Building, 27-29 Juli lalu. Dimana dalam perjalanan tersebut bertujuan untuk mengeksplor pariwisata Pulau Rupat, karena masih belum banyak dikenal masyarakat luas. Tidak hanya dari sisi pembangunan juga infrastruktur dan akses menuju pulau tersebut juga sangat minim.
Nur mengakui bahwa meski minimnya fasilitas dan pembangunan di Pulau Rupat, namun pulau ini memiliki banyak potensi wisata yang masih belum tereksplor dan diketahui banyak orang. Salah satunya, tradisi budaya, Tari Zapin Api. Dimana tarian ini merupakan kesenian asli Rupat Utara yang dikembangkan oleh nenek moyang bertujuan memelihara kampung dan ladang dari bahaya dan bencana kebakaran, sempat punah karena tidak pernah ditampilkan lagi.
"Kita patut bersyukur, Riau punya sumber daya alam yang melimpah, selain itu ada juga potensi pariwisata seperti yang ada di Rupat ini, seperti yang sudah kita lihat bersama," sebutnya usai menyaksikan Tari Zapin Api, yang ditampilkan oleh masyarakat sekitar.
Ditengah keterbatasan dan kekurangan daerah ini, lanjut Nur, untuk pengembangan Pulau ini ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan, baik itu Pemkab Bengkalis, Pemprov Riau maupun pemerintah pusat.
"Pertama, soal aksesibilitas. Bagaimana pengunjung bisa mengakses ke satu tempat pariwisata itu dengan mudah dan murah. Kedua, tempat wisata harus punya asilitas yang mendukung, seperti penginapan, hotel, cottage dan lain sebagainya. Ketiga, ada atraksi atau suguhan yang sifatnya lokal wisata domestik atau budaya setempat," terangnya.
Untuk memenuhi itu semua, tentunya dibutuhkan biaya yang sangat besar, perlu investasi besar, dan itu yang harus dipikirkan oleh seluruh pihak terkait dan juga stakeholder. Sejauh ini, BI sudah melakukan penelitian dan kajian dalam upaya pengembangan pulau rupat dan hasilnya disampaikan ke pemerintah yang punya wewenang.
BI menilai selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, pihaknya juga ingin sektor pariwisata yang sekarang kontribusinya masih relatif kecil ini, kedepannya akan terus berkembang. Diantara faktor pendukung pariwisata Rupat misalnya letak geografis yang sangat strategis. Pulau Rupat jaraknya hanya beberapa kilometer dengan Malaysia. Itu termasuk potensi bagi orang luar Indonesia untuk datang berkunjung.
Pesona Benting Aceh

Seperti keberadaan Benting Aceh, merupakan salah satu pulau yang terpisah letaknya dari Pulau Rupat namun masih menjadi bagian dari Rupat. Benting Aceh hampir sama menyerupai pantai yang memiliki dua warna air yakni hijau dan biru.
Pulau Beting Aceh terletak di Desa Suka Damai, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Pulau Beting Aceh ini merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia. Posisinya berada di hamparan Selat Malaka. Pulau kecil dengan luas hanya sekitar 2 hektar ini sangat menarik, karena memiliki hamparan pasir putih membentang di antara laut yang berwarna kebiruan, sementara di tengah pulau terlihat deretan pohon cemara laut berjejer. Sehingga semakin menambah keindahan pesonanya, dan memiliki nilai yang sangat tinggi.
Bila cuaca sedang panas, pohon-pohon ini menjadi tempat pengunjung berlindung dari sengatan matahari. Ada fenomena unik di pulau tersebut. Pantainya yang berpasir putih akan mengeluarkan suara berderit ketika diinjak. Orang menyebutnya 'Pasir Berbisik', tepatnya berbunyi jika disentuh.

Artikel Terkait
Pelabuhan Bandar Sri Setia Raja Kembali Dibuka Setelah 2 Tahun Tutup
Wujudkan Pengelolaan Desa yang Transparan, Aparatur Desa di Bengkalis Ikuti Bimtek Pemanfaatan Aplikasi
Bapenda Bengkalis Gelar Sosialisasi Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan Demi Genjot PAD
Ini Tips Berboncengan dengan Posisi Menyamping
Penuntutan Perkara Penganiayaan Tetangga Dihentikan, Ini Peran Kejaksaan Negeri Bengkalis
Kunjungan Kerja ke Bengkalis, Kajati Riau Resmikan Rumah Restorative Justice
Paripurna Istimewa Hari Jadi ke-510 Bengkalis
Di Bengkalis, Tim Penkum Kejati Riau Sampaikan Materi Perlindungan terhadap Anak
Dua Anak di Bengkalis Jalani Rehabilitasi Narkotika di Batam, Ini Alasannya
Giliran SMK Negeri 1 dan Pesantren Madani Nusantara Bengkalis Disambangi Tim Penkum Kejati Riau