Mancokou Ikan Lubuak Larangan Sungai Subayang

- Minggu, 17 Juli 2022 | 17:41 WIB
Peserta mengantarkan ikan Barau hasil tangkapannya saat Mancokou Ikan Lubuak Larangan di Festival Sungai Subayang.  (Akmal/HRC)
Peserta mengantarkan ikan Barau hasil tangkapannya saat Mancokou Ikan Lubuak Larangan di Festival Sungai Subayang. (Akmal/HRC)

HALUANRIAU.CO, BANGKINANG - Hulu sungai Lubuk Larangan Pemuda telah terbentang jaring ikan. Disisi kanan, ujung jaring diikatkan ke ranting pohon yang menjulur ke sungai. Disisi kiri, ujung jaring diikat ke batu sebesar kepalan tangan lalu diletakkan dibibir pantai.

Dibagian hilir sungai juga terbentang jaring. Tapi disisi kiri dan kanannya diikatkan ke tiang kayu yang berada tepat dipinggir sungai, tepat dibatas tebing sungai dan alirannya.

Hulu dan hilir sungai sudah tertutup, tidak akan ada celah bagi ikan-ikan besar untuk keluar dari aliran sungai tadi, kecuali ikan kabur melompati jaring yang terbentang.

Aliran sungai yang ditutup tidak begitu panjang, lebih kurang 300 meter saja. Aliran yang ditutup itu merupakan Lubuak (Lubuk) Larangan Pemuda, dalam artian ikan yang ada didalam aliran sungai tersebut merupakan aset milik pemuda.

Seperti itulah gambaran teknis Mancokou Ikan Lubuak Larangan (menangkap Ikan lubuk larangan) di Sungai Subayang Desa Gema Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar, Sabtu (16/7).

Baca Juga: Buka Pekanbaru Cofee and Craft Festival 2022 yang Ditaja Bapenda, Pj Wako Muflihun Apresiasi Partisipasi Wajib

Setelah pelarian ikan dikepung, masuklah beberapa piyau (sampan) yang diatasnya berdiri penjalo (orang menangkap ikan menggunnakan jala) dengan satu orang sebagai pendayungnya.

Penjalo ini merupakan tetua kampung, dialah orang pertama yang akan mencokou (menangkap) ikan sebelum diikuti para peserta. Sebelum dimulai, tetau kampung akan melakukan ritual jampi-jampi.

Campaan jalo (lempar jala) pertama tetua kampung pun dimulai seusai ritual jampi-jampi. Ikan pertama yang ditangkap tetua ini, apapun jenisnya akan dipotong dua. Bagian kepala dilemparkan ke daratan, bagian ekor dilemparkan ke sungai.

Semua peserta siaga ditepain aliran sungai. Mereka sudah siap, ditangannya ada tangguak (alat tangkap ikan berupa serokan), ada jaring, ada tembak (alat tangkap ikan berbentuk senapan), ada kacamata renang (digunakan bagi peserta yang menangkap ikan dengan cara menyelam).

'Olaaaaa' teriak para peserta melihat tetua kampung mencampakan jalo dari atas piayu. Saat serbuan ratusan peserta kedalam lubuak larangan membuat ikan kabur berhamburan mencari aliran yang paling dalam.

Pelarian ikan sia-sia, hanya ikan ukuran lebih kecil dari tiga jari yang bisa kabur, selebihnya pasrah menunggu dialiran dalam untuk menunggu ditangkap ratusan peserta.

Teriakan 'dapek sikuak' (dapat seekor ikan) pun terdengar saling bersahutan dari hulu dan hilir. Panitia yang memegang karung goni pun kewalahan hilir mudik menjemput ikan dari peserta. Ikan dikumpulkan oleh satu orang.

Canda tawa pun tergambar dalam suasana Mancokou Ikan, para peserta saling tanding ukuran ikan yang ditangkap. Tangkapan ikan kecil diam-diam mengantarkan ke karung goni. Jikalau ikannya besar, peserta mengangkat tinggi-tinggi tangkapannya diantarkan ke karung goni. 'Iko yang paliang bosau' (ini yang paliang besar) kata peserta.

Hampir satu jam lamanya mancokou berlangsung. Alhasil, ikan yang terkumpul hanya satu karung goni. Ukuran yang paling besar seukuran betis orang dewasa dengan jenis Barau atau lebih lebih dikenal dengan sebutan ikan Hampala.

Halaman:

Editor: Bilhaqi Amjada A'araf

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X