Upaya Percepatan di Riau, BKKBN Riau Gelar Rencana Tindak Lanjut Audit Kasus Stunting

HALUANRIAU.CO, PEKANBARU - Dalam mendukung program pemerintah serta menekan angka kasus stunting di Riau, BKKBN Perwakilan Provinsi Riau menggelar coaching dan asistensi penyusunan audit kasus stunting.

Kegiatan yang dihadiri oleh instansi terkait, forkompinda Riau dan seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di seluruh kabupaten kota di Riau ini, langsung di buka oleh Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution selaku Ketua Tim Percepatan Stunting (TPPS) Provinsi Riau, Kamis (20/10) di Hotel Pangeran Pekanbaru.

Dalam sambutannya Wagub mengatakan bahwa kegiatan yang digelar ini bersinergi dengan pemerintah propinsi Riau.  Diharapkan dalam pertemuan coaching dan asistensi penyusunan laporan audit stunting tingkat Provinsi Riau tahun 2022 ini, bisa menjadi momentum untuk merefleksi sekaligus menumbuhkan harapan bersama dalam program percepatan penurunan stunting di Provinsi Riau.

"Pertemuan coaching dan asistensi penyusunan laporan audit stunting ini perlu diingatkan kembali bahwa sesuai visi Gubernur dan Wakil Gubernur Riau tahun 2019-2024 yaitu terwujudnya Riau yang berdaya saing, sejahtera bermartabat dan unggul di Indonesia atau yang sering disingkat dengan Riau Bersatu," katanya.

Oleh karena itu jelasnya, untuk mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi tersebut membutuhkan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas, untuk itulah hasil dari audit kasus stunting ini merupakan langkah awal dalam upaya untuk menciptakan generasi unggul tersebut.

"Sebelumnya kita ketahui bahwa percepatan penurunan stunting telah menjadi program nasional, oleh karenanya penting bagi kita untuk menurunkan kasus stunting ini," paparnya.

Klik di sini untuk mendapatkan voucher Pegadaian

Edy Nasution mengungkapkan, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting Provinsi Riau berada pada angka 22,3 persen.

Artinya, posisi ini berada di bawah capai nasional yang berada pada angka 24,4 persen dan juga berada pada urutan ke-10 terbawah secara nasional. Namun masih berada di atas standar WHO.